Manusia punya sisi.
Baik dan buruk, bukan?
Kertas putih yang
bersih pun bila ada titik hitamnya, kita melihat titik hitam itu.
Padadal kertas putih
yang masih bersih amatlah besar.
Analogi sederhana,
benar adanya. Kita kebanyakan seperti itu.
Mengingat kejelekan
orang lain, padahal kebaikannya jauh lebih banyak. Terlupakan?
Mungkin kita sendiri
belum instropeksi, bagaimana pandangan orang lain terhadap kita.
Menganggap diri kita
baik, dan tidak merasa menyakiti siapapun.
Percayalah, duri
yang tidak terlihat itu benar adanya. Kita? Tidak melihat dan merasakan.
Kita hanya
menganggap orang lain yang menyakiti kita.
Memang, tidak mudah
melihat dengan berbagai perspektif.
Tapi itu keharusan.
Karena kacamata kita, yang menganggap benar hanya kita, bukan orang lain.
Kita hanya merasakan
saat sisi buruk orang lain keluar.
Saat kita berusaha
menghadapinya dengan kesabaran kita, kita merasa kita yang sabar.
Tapi tidak merasa
saat sisi buruk kita sendiri yang keluar. Tidak sadar saat orang lain sabar
atas kita.
Terkadang, kita
membicarakan orang lain, sisi buruknya.
Tanpa kita sadari
orang lain-pun membicarakan sisi buruk kita.
Hanya saling menilai
dalam diri masing-masing, membicarakan dengan orang lain dan bukan orang yang
dituju.
Berkacalah, berinstropeksilah.
Kritik itu memang
pedas, tapi amat baik.
Sayangnya tidak
banyak yang berani mengutarakannya.
0 comments:
Post a Comment